Hotel dan Rumah Kost Keprabon, misalnya, melirik jenis kost eksklusif ini sebagai peluang menjanjikan yang mampu menutup pengeluaran bulan. Hotel yang sekaligus memiliki 11 kamar untuk kost ini mulai membuka usaha dobelnya sejak 2000 silam.
Bisnis kost sekarang ini bukan didominasi pelaku yang sekedar menjual kamar saja. Banyak yang mulai memandang terhadap kenyamanan penghuni kamar kost. Tidak heran bila bermunculan jenis kost eksklusif. Keeksklusivannya ditandai dengan berbagai fasilitas penunjang yang tidak ditemui pada kost untuk kelas menengah ke bawah.
“Kami melihat Solo mulai ramai. Lalu lintas antar kota banyak yang lewat Solo, misal ke Semarang atau Jogja. Kami memandang ini sebagai peluang karena akan banyak pebisnis atau pedagang yang melewati kota ini,” ujar Donny Reza Sukarno, Pengelola Hotel dan Rumah Kost Keprabon, jalan Ahmad Dahlan No. 8 Solo.
Tingkat okupansi Hotel Keprabon justru lebih sedikit bila dibandingkan keterisian kamar untuk kost. Bila pada hari biasa hanya sekitar tiga hingga empat kamar yang terisi dari 17 kamar hotel yang tersedia, maka untuk hunian kamar kost bisa terisi hingga 90 persen.
“Kami memang menawarkan harga yang fleksibel mulai 900 ribu hingga 1,2 juta per bulan. Fasilitasnya AC, kamar mandi dalam, dan breakfast. Perbedaan antar harga terletak pada besar kecilnya ruangan,” ujar Reza, sapaan Donny Reza Sukarno. “Kami juga menerima kost untuk masa satu minggu dengan tarif 30 persen dari harga jual kamar kost. Fasilitasnya sama saja,” lanjutnya.
Pangsa pasar Hotel dan Rumah Kost Keprabon memang kalangan pedagang dan eksekutif muda. Mereka rata-rata dari luar kota yang ingin berbisnis di Solo. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Tri Sudarsih, pengelola Kost Putri Indrarini. Kost yang terletak di jalan Ki Hajar Dewantara 12 Solo ini mengambil segmen mahasiswa “berduit” sebagai pangsa pasarnya.
Wajar bila mahasiswi menjadi sasaran kost Indrarini. Lokasinya memang dekat dengan kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, sehingga cukup strategis. Bila melihat ke halaman rumah kost ini, akan tampak berjajar mobil milik penghuni kost dari kalangan orang berada.
Soal tarif memang agak tinggi bila dibandingkan kost mahasiswa pada umumnya di sekitar kampus UNS, berkisar 275 ribu hingga 375 ribu per bulan. Sewa kost dibayar dengan sistem triwulan.
“Kamar besar punya kamar mandi dalam. Kalau yang kecil, tidak ada. Kalau bawa alat elektronik, seperti laptop, tambah 25 ribu. Kalau bawa mobil tambah 15 ribu, ujar Tri Sudarsih. “Kalau dilihat dari keterisian kamar, hampir selalu penuh,” lanjut pengelola 32 kamar kost ini.
Persaingan bisnis kost eksklusif di Solo akan semakin berat. Kompetitor akan banyak yang melakukan bisnis serupa. Hadirnya apartemen turut menandai ramainya tingkat kunjungan di Kota Bengawan ini.
“Menyiasatinya mungkin dengan mengambil pasar segmen tertentu agar bisa bertahan,” ujar Reza.
Bisnis kost sekarang ini bukan didominasi pelaku yang sekedar menjual kamar saja. Banyak yang mulai memandang terhadap kenyamanan penghuni kamar kost. Tidak heran bila bermunculan jenis kost eksklusif. Keeksklusivannya ditandai dengan berbagai fasilitas penunjang yang tidak ditemui pada kost untuk kelas menengah ke bawah.
“Kami melihat Solo mulai ramai. Lalu lintas antar kota banyak yang lewat Solo, misal ke Semarang atau Jogja. Kami memandang ini sebagai peluang karena akan banyak pebisnis atau pedagang yang melewati kota ini,” ujar Donny Reza Sukarno, Pengelola Hotel dan Rumah Kost Keprabon, jalan Ahmad Dahlan No. 8 Solo.
Tingkat okupansi Hotel Keprabon justru lebih sedikit bila dibandingkan keterisian kamar untuk kost. Bila pada hari biasa hanya sekitar tiga hingga empat kamar yang terisi dari 17 kamar hotel yang tersedia, maka untuk hunian kamar kost bisa terisi hingga 90 persen.
“Kami memang menawarkan harga yang fleksibel mulai 900 ribu hingga 1,2 juta per bulan. Fasilitasnya AC, kamar mandi dalam, dan breakfast. Perbedaan antar harga terletak pada besar kecilnya ruangan,” ujar Reza, sapaan Donny Reza Sukarno. “Kami juga menerima kost untuk masa satu minggu dengan tarif 30 persen dari harga jual kamar kost. Fasilitasnya sama saja,” lanjutnya.
Pangsa pasar Hotel dan Rumah Kost Keprabon memang kalangan pedagang dan eksekutif muda. Mereka rata-rata dari luar kota yang ingin berbisnis di Solo. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Tri Sudarsih, pengelola Kost Putri Indrarini. Kost yang terletak di jalan Ki Hajar Dewantara 12 Solo ini mengambil segmen mahasiswa “berduit” sebagai pangsa pasarnya.
Wajar bila mahasiswi menjadi sasaran kost Indrarini. Lokasinya memang dekat dengan kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, sehingga cukup strategis. Bila melihat ke halaman rumah kost ini, akan tampak berjajar mobil milik penghuni kost dari kalangan orang berada.
Soal tarif memang agak tinggi bila dibandingkan kost mahasiswa pada umumnya di sekitar kampus UNS, berkisar 275 ribu hingga 375 ribu per bulan. Sewa kost dibayar dengan sistem triwulan.
“Kamar besar punya kamar mandi dalam. Kalau yang kecil, tidak ada. Kalau bawa alat elektronik, seperti laptop, tambah 25 ribu. Kalau bawa mobil tambah 15 ribu, ujar Tri Sudarsih. “Kalau dilihat dari keterisian kamar, hampir selalu penuh,” lanjut pengelola 32 kamar kost ini.
Persaingan bisnis kost eksklusif di Solo akan semakin berat. Kompetitor akan banyak yang melakukan bisnis serupa. Hadirnya apartemen turut menandai ramainya tingkat kunjungan di Kota Bengawan ini.
“Menyiasatinya mungkin dengan mengambil pasar segmen tertentu agar bisa bertahan,” ujar Reza.