Kumpulan Artikel - Biz Idea
Written by admin
Friday, 10 August 2007
Saat ini kebutuhan akan rumah petak untuk disewakan pada kalangan berpenghasilan menengah kebawah rasanya bisa jadi salah satu alternatif pemasukan bagi kita yang kebetulan mempunyai modal berupa (atau untuk membeli) sebidang tanah dan penambahan biaya bahan bangunan sederhana.
Apa saja yang kira-kira dibutuhkan dan perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan bisnis sewa-menyewakan rumah petak ini? Simak beberapa masukan berikut dari anggota milis Dunia Wirasausaha.
Hal pertama untuk menentukan bagus tidaknya prospek bisnis rumah petak dimasa yang akan datang adalah lokasi. Anda bisa membeli atau membangun rumah petak di daerah dekat pabrik misalnya, tentunya dengan harapan agak kelak para buruh pabrik akan memerlukan rumah petak anda untuk disewa. Biasanya harga sewanya adalah antara Rp 200,000 sampai Rp 250,000.
Contohnya daerah Cibinong. Sebuah harian yang terkenal dengan iklan barisnya baru-baru ini menawarkan iklan sebagai berikut: dijual rumah berlantai 250m2 yang terdiri dari empat buah rumah petak dimana listrik dibagi untuk empat rumah tersebut, tandon air satu buah seharga 180 juta dengan perkiraan sewa antara Rp 250,000 – Rp 300,000 per rumah.
Nampaknya, koran pun bisa menjadi masukan kita untuk mencari dan menentukan lokasi penyewaan rumah petak sekaligus membandingkan harga-harga.
Lokasi strategis lainnya adalah yang berada di wilayah perkantoran atau kampus. Tentunya rumah petak disewakan sebagai kos-kosan dengan fasilitas yang lebih lengkap sehingga bisa disewakan dengan tarif Rp 300,000 – Rp 400,000 per kamar per bulan. Tarif ini disesuaikan lagi dengan utilitas yang disediakan atau ditanggung oleh pemilik seperti listrik dan air dan fasilitas lain seperti TV, AC dan komputer.
Suasana juga akan ikut menentukan tarif sewa. Kebanyakan mahasiswa yang jauh dari orang tua (walau satu kota sekalipun) cenderung memilih rumah kos yang terasa homy. Misalnya dengan pengadaan lahan hijau (taman belakang) rumah.
Pembayaran Sewa
Perbedaan dalam hal pembayaran untuk rumah petak biasa dan kos-kosan biasanya tidak menggunakan kontrak sewa (kebanyakan). Para mahasiswa membayar lebih dulu dimuka untuk tiga bulan pertama, selanjutnya pembayaran perbulan seperti biasa.
Masalah yang mungkin timbul dalam hal pembayaran adalah penagihan uang sewa. Hal ini menjadi penting karena selalu saja ada kemungkinan penghuni yang 'bandel' dan mangkir dalam hal pembayaran.
Karena itu, sangat disarankan untuk:
Mempunyai data yang lengkap tentang calon penyewa dan memastikan bahwa data-data tersebut benar adanya.
Mempunyai referensi yang jelas tentang darimana calon penyewa mengenal kita.
Untuk kos-kosan sangatlah penting mempunyai Ibu atau Bapak Kos untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung sehari-hari (faktor kedekatan dan kenyamanan hubungan antara penyewa dan yang menyewakan bisa jadi faktor penting dalam hal kelancaran usaha) atau paling tidak, ada satu orang pengawas harian.
Yang lain adalah meminta bantuan tetangga mengecek kos-kosan secara berkala walaupun hal ini menjadi alternatif paling terakhir.
Dua contoh pembayaran tiga bulan didepan:
Pertama
bulan 1: bayar 3 bulan
bulan 2: bayar 1 bulan
bulan 3: bayar 1 bulan, dst.
bulan N-2: tidak membayar
bulan N-1: tidak membayar
dimana N adalah bulan penyewa keluar dari kos
Kedua (biasanya lebih mudah diterapkan)
X menyewa mulai Januari 2004. Pada saat masuk, X membayar untuk bulan Januari, Februari dan Maret. Mulai bulan April X membayar bulanan seperti biasa.
Penyewa Lelaki atau Perempuan?
Ada yang berpendapat bahwa rumah petak atau kos-kosan yang disewa penyewa lelaki lebih gampang untuk dirawat secara kebersihan. Namun rasanya sih ini hal yang sangat relatif, tergantung pada individunya. Yang perlu ditekankan untuk para penyewa kos misalnya masalah kamar mandi dan toilet. Adanya larangan utnuk membuang bekas tissue atau pembalut wanita kedalam wc adalah hal yang penting untuk menghindari terjadinya bongkar pasang WC karena penyumbatan. Masalah lain seperti rokok yang dapat merusak karpet atau furniture (bila ada) juga penting untuk dikemukakan sejak awal masa sewa.
Beberapa pengalaman menyebutkan bahwa bisnis penyewaan dan atau kos-kosan biasanya sudah bisa BEP ditahun ke-3.
bahan bacaan: http://www.kontan-online.com/04/36/properti/prp.htm
Oleh:
Nadia Yuniardo dan Dini Shanti
untuk Buletin Dunia Wirausaha
Written by admin
Friday, 10 August 2007
Saat ini kebutuhan akan rumah petak untuk disewakan pada kalangan berpenghasilan menengah kebawah rasanya bisa jadi salah satu alternatif pemasukan bagi kita yang kebetulan mempunyai modal berupa (atau untuk membeli) sebidang tanah dan penambahan biaya bahan bangunan sederhana.
Apa saja yang kira-kira dibutuhkan dan perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan bisnis sewa-menyewakan rumah petak ini? Simak beberapa masukan berikut dari anggota milis Dunia Wirasausaha.
Hal pertama untuk menentukan bagus tidaknya prospek bisnis rumah petak dimasa yang akan datang adalah lokasi. Anda bisa membeli atau membangun rumah petak di daerah dekat pabrik misalnya, tentunya dengan harapan agak kelak para buruh pabrik akan memerlukan rumah petak anda untuk disewa. Biasanya harga sewanya adalah antara Rp 200,000 sampai Rp 250,000.
Contohnya daerah Cibinong. Sebuah harian yang terkenal dengan iklan barisnya baru-baru ini menawarkan iklan sebagai berikut: dijual rumah berlantai 250m2 yang terdiri dari empat buah rumah petak dimana listrik dibagi untuk empat rumah tersebut, tandon air satu buah seharga 180 juta dengan perkiraan sewa antara Rp 250,000 – Rp 300,000 per rumah.
Nampaknya, koran pun bisa menjadi masukan kita untuk mencari dan menentukan lokasi penyewaan rumah petak sekaligus membandingkan harga-harga.
Lokasi strategis lainnya adalah yang berada di wilayah perkantoran atau kampus. Tentunya rumah petak disewakan sebagai kos-kosan dengan fasilitas yang lebih lengkap sehingga bisa disewakan dengan tarif Rp 300,000 – Rp 400,000 per kamar per bulan. Tarif ini disesuaikan lagi dengan utilitas yang disediakan atau ditanggung oleh pemilik seperti listrik dan air dan fasilitas lain seperti TV, AC dan komputer.
Suasana juga akan ikut menentukan tarif sewa. Kebanyakan mahasiswa yang jauh dari orang tua (walau satu kota sekalipun) cenderung memilih rumah kos yang terasa homy. Misalnya dengan pengadaan lahan hijau (taman belakang) rumah.
Pembayaran Sewa
Perbedaan dalam hal pembayaran untuk rumah petak biasa dan kos-kosan biasanya tidak menggunakan kontrak sewa (kebanyakan). Para mahasiswa membayar lebih dulu dimuka untuk tiga bulan pertama, selanjutnya pembayaran perbulan seperti biasa.
Masalah yang mungkin timbul dalam hal pembayaran adalah penagihan uang sewa. Hal ini menjadi penting karena selalu saja ada kemungkinan penghuni yang 'bandel' dan mangkir dalam hal pembayaran.
Karena itu, sangat disarankan untuk:
Mempunyai data yang lengkap tentang calon penyewa dan memastikan bahwa data-data tersebut benar adanya.
Mempunyai referensi yang jelas tentang darimana calon penyewa mengenal kita.
Untuk kos-kosan sangatlah penting mempunyai Ibu atau Bapak Kos untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung sehari-hari (faktor kedekatan dan kenyamanan hubungan antara penyewa dan yang menyewakan bisa jadi faktor penting dalam hal kelancaran usaha) atau paling tidak, ada satu orang pengawas harian.
Yang lain adalah meminta bantuan tetangga mengecek kos-kosan secara berkala walaupun hal ini menjadi alternatif paling terakhir.
Dua contoh pembayaran tiga bulan didepan:
Pertama
bulan 1: bayar 3 bulan
bulan 2: bayar 1 bulan
bulan 3: bayar 1 bulan, dst.
bulan N-2: tidak membayar
bulan N-1: tidak membayar
dimana N adalah bulan penyewa keluar dari kos
Kedua (biasanya lebih mudah diterapkan)
X menyewa mulai Januari 2004. Pada saat masuk, X membayar untuk bulan Januari, Februari dan Maret. Mulai bulan April X membayar bulanan seperti biasa.
Penyewa Lelaki atau Perempuan?
Ada yang berpendapat bahwa rumah petak atau kos-kosan yang disewa penyewa lelaki lebih gampang untuk dirawat secara kebersihan. Namun rasanya sih ini hal yang sangat relatif, tergantung pada individunya. Yang perlu ditekankan untuk para penyewa kos misalnya masalah kamar mandi dan toilet. Adanya larangan utnuk membuang bekas tissue atau pembalut wanita kedalam wc adalah hal yang penting untuk menghindari terjadinya bongkar pasang WC karena penyumbatan. Masalah lain seperti rokok yang dapat merusak karpet atau furniture (bila ada) juga penting untuk dikemukakan sejak awal masa sewa.
Beberapa pengalaman menyebutkan bahwa bisnis penyewaan dan atau kos-kosan biasanya sudah bisa BEP ditahun ke-3.
bahan bacaan: http://www.kontan-online.com/04/36/properti/prp.htm
Oleh:
Nadia Yuniardo dan Dini Shanti
untuk Buletin Dunia Wirausaha