Sekolah Bandung | Penerimaan Siswa Baru (PSB) Bandung tidak ada surat sakti
Kepala sekolah SMP di kota Bandung sepakat menolak surat sakti yang datang dari siapa pun dalam musim penerimaan siswa baru tahun ini. Penolakan tersebut berkaitan dengan mulai munculnya surat sakti yang ditujukan ke kepala sekolah tertentu.
Surat sakti itu akan ditolak meski datang dari pejabat Diknas atau siapapun. Penerimaan siswa murni sesuai prosedur yang berlaku, kata sejumlah kepala sekolah.
Saepudin, SPd, Kepala sekolah SMP 42 Bandung, menjelaskan, sudah biasa setiap menjelang penerimaan siswa baru surat sakti selalu ada yang masuk ke laci kepala sekolah khususnya yang dianggap populer.
Untuk tahun lalu, lanjut dia, ada sejumlah kepala sekolah hampir menerima 20 lembar surat sakti. ” Biasanya surat itu dikirim ke sekolah terkenal. Sekolah biasa tak pernah menerima surat sakti. Jika sudah kepepet anak atau keponakan tak masuk negeri, baru mereka melirik sekolah biasa,” tururnya.
Berdasar catatan, sekolah yang dijadikan target anak pejabat dan sasaran surat sakti diantaranya SMP 5, SMP 3, SMP 2, SMP 14, SMP 18, dan SMP 30 Bandung. Surat sakti yang isinya meminta bantuan dan perhatian yang disetujui pejabat diknas pendidikan dikirim ke kepala sekolah saat penerimaan siswa baru dibuka. ” Jika ada surat seperti itu membuat kepala sekolah bingung. Tapi kami sudah sepakat untuk menolaknya,” kata kepala sekolah lainnya, Asep, SPd kepala sekolah SMP 18 Bandung.
Kepala Diknas kota Bandung Drs Oji Mahroji, menegaskan, dalam musim penerimaan siswa baru semua SMP di Bandung tak dizinkan memungut biaya sepeserpun. Jika ditemukan ada sekolah memungut biaya, dia meminta supaya masyarakat segera melaporkan ke Diknas. ” Ketahuan memungut biaya, kami akan menjatuhkan sangsi,”. Dia meminta kepala sekolah jangan takut menolak surat sakti yang isinya minta bantuan.
Kita lihat dulu bukti dan faktanya, mudah-mudahan hal tersebut memang terwujud. Akan kemana generasi berikutnya kalau lah untuk masuk sekolah saja selalu menggunakan surat sakti. Bagaimana nasib bangsa ini dikemudian hari bila dari sekolah saja sudah melakukan kecurangan. Bener nggak Pak... Bu....?